Saat sedang baca laporan keuangan emiten yang akan saya bahas ini, saya berhenti di satu halaman.
Perusahaan ini ternyata membeli sebagian saham salah satu kreator Youtube terkenal, dan wajahnya masih wara wiri di televisi. Bro and sis harusnya tahu sih. Selain pembelian, mereka juga menambah modal bisnis ini. Menurut manajemen, bisnis selebritas ini berprospek baik dan karena sudah untung, dianggap akan membantu kinerja perusahaan ini.
Perusahaan ini, sekitar setahun yang lalu baru melakukan rights issue. Hasilnya, kemunculan investor baru, dan branding perusahaan yang baru. Perusahaan yang dimiliki oleh salah satu menteri di pemerintahan ini, juga sudah memasukkan generasi keduanya dalam jajaran komisaris.
Siapa dia?
=====
Tiga tahun terakhir, bisa dibilang tahun yang lumayan challenging, sekaligus menarik bagi Erick Thohir. Namanya makin mentereng sebagai Menteri BUMN, di era BUMN sedang benar benar diuji daya tahannya. Meski tidak lepas dari segenap kontroversi dan masalah BUMN, namun Erick mencoba membuktikan bahwa ia tetap bekerja serius. Sekarang, ia ditambahkan pekerjaan baru sebagai Ketua Umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dan mulai menarik perhatian.
Tiga tahun ini juga menjadi tahun yang juga menantang bagi bisnisnya beliau, Mahaka. Pandemi menekan bisnis media cetak dan televisi grup ini, Republika dan Jak TV. Untuk bisnis Republika, bisnisnya tertekan karena kondisi secara umum industri media cetak yang tertekan, bahkan sebelum pandemi. Sementara, Jak TV sebagai salah satu TV lokal Jakarta, relatif kembang kempis modalnya dan terhantam luar biasa akibat pandemi dan peralihan ke TV digital. Situasi yang jauh berbeda dibandingkan sesama TV lokal Jakarta dan sama sama punya orang berduit (yang kini berupaya jadi nasional), O Channel (kini Moji) – punyanya grup Emtek (EMTK).
Hal ini mempengaruhi induk usahanya, Mahaka Media (ABBA). Kerugian berulang masih berlangsung hingga saat ini. Bahkan, meski ABBA sudah melaksanakan rights issue di tahun 2022 dan ABBA sempat memperoleh windfall dari pergerakan saham Mahaka Radio Integra (MARI) – dan membuat ekuitasnya mendadak positif di tahun 2021, berbalik dari negatif di 2020. Hal inilah yang mungkin membuat ABBA mencoba berbenah dan keluar dari citra sebagai media yang cukup Islamis selama ini, menjadi media yang lebih progresif di percaturan digital saat ini, yaitu MahakaX. Sang anak, Mahendra Agakhan Thohir, pun masuk menjadi komisaris di MahakaX.
Pada dasarnya, ABBA memiliki banyak bisnis yang bisa dileverage lebih jauh. Misalnya Mahaka Square, sebuah mal dan arena olahraga di Kelapa Gading, yang juga sering jadi tempat acara sejumlah TV maupun event lainnya. Ada pula beberapa bisnis lain seperti customer relationship management dan event organizer.
Bisnis bisnis baru yang bermunculan pun juga menarik, seperti bisnis terkait konten digital. Bahkan, mereka membeli (serta ikut menambah modal) bisnis konten selebritas yang kini lebih dikenal dengan peran Kondre, Andre Taulany. Sebagai info, Andre bersama Vincent dan Desta juga mengisi podcast di Noice, platform milik MARI. Manajemen mengekspektasikan kedepan adanya kerjasama serupa dengan pemain lainnya di sektor ini.
Terhadap bisnis eksisting, meski nampaknya Mahaka menyerah pada Jak TV, namun mereka masih mengupayakan Republika bertahan. Setelah memutuskan berhenti dari bisnis media cetak pada awal tahun ini, fokus Republika diarahkan sepenuhnya membesarkan website dan media sosial dari Republika. Dengan basis pembaca muslim yang loyal sejak lama, menurut manajemen dalam penuturan di Public Expose baru baru ini, kinerja Republika di dunia digital terus meningkat.
Lain MahakaX, lain MARI. Inilah bisnis yang membesarkan nama Erick Thohir di kancah media, sekaligus mengalami kondisi berkebalikan dengan MahakaX. Memang, kinerja 6 stasiun radio di Jakarta (Gen FM dkk) + 1 stasiun radio di Surabaya + entitas asosiasi yaitu grup Prambors FM dkk mengalami pelemahan akibat turunnya belanja iklan di radio, dan menyebabkan masih adanya kerugian bagi MARI.
Namun, MARI agak lebih baik karena ia sudah bersiap dengan platform Noice. Ini platform lokal terbesar untuk audio streaming, dan menjadi platform lokal yang kuat di podcast – kompetitiflah sama Spotify. Dengan support dari bisnis radio, dimana ada sejumlah talent yang juga memiliki acara atau mendukung konten Noice, menyebabkan Noice berada dalam posisi unik, dibanding platform lokal sejenis seperti Roov-nya MNCN. Karena itulah saya juga menyediakan podcast saya disana.
(btw, sudah dengerin podcast Cerita Dibalik Duit belum? Sekarang hadir 2 kali seminggu, Rabu dan Sabtu, hanya di Spotify dan Noice. Numpang promo dikit wkwkwk)
Sayangnya, bisnis Noice ini masih bakar duit. Pendapatan Noice masih minim, sementara beban bisnisnya udah kayak kebanyakan startup atau platform digital – mirip Spotify juga yang masih rugi. Karena itu, Noice nampak memperbesar bisnisnya dari placement iklan, baik on apps, on Youtube (karena ada video podcast) maupun on audio (macam Spotify free). Selain itu, melalui peluang monetisasi kreator di Noice Live maupun Noicemaker (saya masuknya lewat sini), Noice akan memotong fee tertentu dari fee/gift yang diterima oleh kreator di Noice.
Yak, Itulah manuver Mahaka yang cukup menarik 3 tahun ini, sama menarik dengan manuver sang pemilik di kancah pemerintahan. Meski nampaknya masih harus bekerja keras di bisnis eksisting, Mahaka nampaknya bisa mulai cukup percaya diri pada bisnis digitalnya.
Btw, kapan MARI dikonsolidasikan di ABBA?
Eksplorasi konten lain dari @plbk.investasi
Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.
Komentar
Popular Categories
- #PLBKTigaSyukur (3)
- AgendaIniKritikGue (19)
- Aksi Lembaran (4)
- ANTV (15)
- Apa Kabar Mereka? (10)
- April 2014 (1)
- April 2015 (1)
- Asal dan Usul (10)
- Aurum Series (4)
- Babad Sugih (8)
- Bedah Angka (62)
- Bermain Hitung Hitungan (14)
- Bisnis di Sekitar Kita (17)
- Branding dan Strategi (37)
- BUMN Series (4)
- BUMN Undercover Series (4)
- CTPI | MNCTV (16)
- Digitalisasi Cerita (27)
- Eksistensi Radio (8)
- EMTEK (25)
- Fokus, Fokus dan Fokus (14)
- Gado Gado Investasi (4)
- Indosiar (16)
- iNews TV (9)
- Info PLBK (1)
- IniKritikGueAwards (3)
- INTV (3)
- Juli 2014 (1)
- Juli 2015 (1)
- Juli 2016 (3)
- Juni 2015 (2)
- Jurus Jurus Investor (6)
- kelana (54)
- Curhat dan Cinta (5)
- Current Issue (2)
- Kelana ala Aldo (3)
- Pendidikan (3)
- Sosial Masyarakat (23)
- Transportasi (4)
- Kisah Nyata Telko (5)
- Kompas TV (5)
- Konsumen Adalah Raja (5)
- Konten dan Program TV (90)
- Kuliah Tentang Duit (6)
- layar (17)
- Logika Dibalik Berita (5)
- Mahaka (1)
- Makin Digosok Makin Sip (1)
- Maret 2014 (1)
- Media dan Konten (22)
- Mei 2015 (1)
- Mikir Mikir (77)
- MNC Group (40)
- NET (21)
- November 2015 (1)
- O Channel Network (2)
- Oktober 2015 (1)
- Paradoks dan Televisi (73)
- Paradoks Media (20)
- Pengetahuan (7)
- penghantar (23)
- #MenitiId3al (3)
- Bloomberg TV Indonesia (Alm) (2)
- Co-Brand IniKritikGue (1)
- Global TV (6)
- Indika (3)
- Kompas Gramedia (2)
- Metro TV (1)
- Pay TV dan TV Kabel (1)
- Story of Indonesian Television (8)
- Penyiaran (14)
- perduitan (20)
- PLBK Menjelaskan (22)
- Podcast Cerita Dibalik Duit (1)
- RCTI (43)
- Retorika Media (2)
- Review IPO (1)
- RTV (11)
- Saripati Hutang (3)
- SCTV (26)
- Sebuah Sektor Sebuah Cerita (11)
- September 2014 (1)
- Sosok dan Media (3)
- Stasiun TV Berjaringan (16)
- Surat Terbuka (12)
- Surveinya IniKritikGue (1)
- Tak Berkategori (3)
- Tentang Media Baru (8)
- Trans 7 (20)
- Trans 7 (1)
- Trans TV (20)
- Transmedia (25)
- transmisi (3)
- TVOne (5)
- TVRI (15)
- VIVA/Bakrie (9)
Tinggalkan komentar