Antiklimaks Delisting META

Waktu baca :

4 menit
Trakteer Saya

Trakteer Saya

Pengumuman mengejutkan tiba tiba disampaikan oleh manajemen sebuah emiten.

Mereka merencanakan untuk melakukan delisting dari lantai bursa. Terdapat sejumlah alasan yang terdengar masuk akal, namun tetap saja menimbulkan pertanyaan. Alasan alasan tersebut seperti tidak adanya kebutuhan lebih lanjut dana publik serta sejak beberapa tahun terakhir tidak membagikan dividen dan berpotensi tidak bisa bagi dividen.

Pengumuman ini bertepatan dengan sejumlah sentimen positif yang tengah mendera emiten ini. Karena mereka adalah perusahaan infrastruktur, beberapa waktu yang lalu memperoleh konsesi proyek baru dan diisukan akan membeli konsesi proyek lainnya – meski sementara dibantah manajemen.

Sebenarnya emiten ini saya mau tunda pembahasannya, namun karena ada rencana delisting, saya percepat bahasannya. Ini adalah emiten Nusantara Infrastructure atau META. Bukan Meta-nya Facebook atau Instagram wkwk.

======

META ini awalnya bukan emiten mentereng. Sebelum IPO pada 2001, sudah berganti nama 2 kali. Menjelang IPO, berganti nama menjadi Metamedia Technologies. Dari sinilah nama META diambil. Seperti namanya, bisnisnya terkait dengan teknologi, terutama website, dimana ada website e-commerce dan lelang online. Namun, situasinya menjadi salah momentum, akibat dampak bubble dotcom di Amerika Serikat yang membuat sektor teknologi seluruh dunia menjadi lesu. Apalagi saat itu website website dengan model bisnis yang kurang terjamin tumbuh layaknya jamur di musim hujan. Hal ini membuat bisnis META tertekan dan menyerah pada keadaan.

Satu cerita, grup Bosowa yang dimiliki oleh Aksa Mahmud, ipar dari wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla, kemudian masuk ke META dan melakukan aksi korporasi merger bisnis infrastrukturnya dengan META. Aksi merger ini dilakukan di 2006. Merger ini membawa sejumlah anak usaha baru bagi META, yaitu pengelola tol Pondok Aren-Serpong dan tol di Makassar. Sejak itulah META kemudian mulai berancang ancang melakukan ekspansi ke bisnis infrastruktur lainnya. Hal ini mulai terlaksana melalui rights issue pada 2010. Rights issue ini menghasilkan pemilik baru META, sebuah perusahaan asal Singapura. Namun, setahun kemudian dibeli oleh grup Rajawali Corpora.

Eksplorasi berlanjut ke berbagai bisnis baru. Selain melengkapi bisnis tol menjadi 4 ruas tol, 2 di Jabodetabek dan 2 di Makassar (dua tol dikelola entitas asosiasi), mereka masuk ke pengolahan air bersih di wilayah Banten dan Sumatera Utara. Pada tahun tahun berikutnya, bertambah bisnis pembangkit listrik (PLTMH – Mini Hidro) dan bisnis pelabuhan di Sumatera, serta bisnis tower BTS telekomunikasi. Sejak 2014, bisnis bisnis inilah yang digeluti oleh META. Namun, saat itu sudah terdapat desas desus rencana Rajawali untuk exit dari META dan dilakukan sejumlah tawar menawar di balik layar. Setelah sekian tahun berjalan, tahun 2017 mereka menjual META kepada grup Metro Pacific, bisnis infrastruktur asal Filipina. Ini adalah bisnis grup Salim, yang masih teraffiliasi dengan Indofood (INDF dan ICBP).

Kehadiran Metro Pacific ini mengubah strategi grup META. Selain rights issue untuk membiayai pembangunan 1 tol jalan layang pertama di Makassar dan menambah bisnis pembangkit listrik lain (PLTBm – Biomassa) di Kalimantan, META memutuskan menjual bisnis tower BTS telekomunikasi mereka ke grup Sarana Menara Nusantara (TOWR). Dalam laporan tahunan saat itu, alasan yang disebutkan sekilas menyebut mereka berpikir realistis tentang persaingan bisnis ini sangat ketat dan terjadi konsolidasi pengelolaan tower BTS yang menghasilkan dua pemain dominasi yaitu TOWR dan TBIG (Tower Bersama). Formasi bisnis itulah yang membuat META hari ini.

Dari sisi kinerja, nampak manajemen sangat berupaya keras untuk meningkatkan kinerjanya dengan baik, di tengah dinamika dinamika tersebut. Dari sisi pengelolaan hutang, mereka relatif bisa mengendalikan level DER (Debt Equity Ratio) dengan baik, rata rata 1x sebelum 2022 (membengkak akibat akuisisi sebagian saham jalan tol layang MBZ di Jakarta). Kontribusi terbesar bisnis META berasal dari bisnis tol, dengan rata rata 60-80% dari pendapatan.

Sekarang kita akan bicara teknis soal delisting META. Tentu ini cukup mengejutkan karena prospek META kedepannya masih cerah. Apalagi akuisisi tol MBZ di Jakarta yang baru dilakukan tahun lalu dan proyek kedepannya bisa jadi lebih menarik. Namun, saya mencoba menganalisis alasan yang lebih mendekati realitas dibandingkan alasan keterbukaan informasinya. Pertama, masih ada keterkaitan dengan delisting Metro Pacific alias induknya di bursa saham Filipina. Agaknya ini juga merupakan strategi turunan dari delisting tersebut, dimana kabarnya anak usaha Metro Pacific di bisnis tol dan pengolahan air akan IPO disana.

Alasan kedua, ada hubungannya juga dengan transaksi material yang akan dimintakan persetujuan dari RUPS. Transaksi ini untuk melunasi pinjaman pembelian saham tol MBZ tadi yang harus lunas di akhir 2023. Pelunasan ini dibiayai oleh modal baru dari Metro Pacific langsung dan menyebabkan kepemilikan bisnis tol META menjadi berkurang. META tidak mengkonsolidasikan bisnis tol ini dan hanya akan mengakui dalam bentuk entitas asosiasi. Sementara, bisnis tol ini berkontribusi besar bagi META, sehingga “pelepasan” ini tentu menyebabkan penurunan kinerja yang signifikan jelas kelihatan, seperti hampir mulai dari nol. Ini mungkin membuat manajemen META kurang pede untuk menunjukkan kinerjanya setelah itu, karena pasti ada tekanan dari investor untuk bisa meningkatkan kinerjanya kembali, meski memang secara konsolidasian hutang menjadi menurun signifikan dan membuka ruang ekspansi.

Dari sisi lain, meski sebelumnya Metro Pacific sudah ada penyertaan di bisnis tol META, namun dengan aksi korporasi ini menguatkan strategi sesuai dengan poin nomor 1. Agaknya jika dilakukan delisting, maka Metro Pacific bisa mengambil saham META disini dan memisahkan META dari bisnis tol sepenuhnya (restrukturisasi). Metro Pacific menguasai bisnis tol, META fokus di bisnis non tol.

Dengan situasi itu, nampak wajar jika META ingin melakukan delisting. Sekarang tinggal tunggu hasil dari RUPS mendatang yang akan membicarakan hal ini.


Eksplorasi konten lain dari @plbk.investasi

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.


Komentar

Tinggalkan komentar


Popular Categories



Cari tulisan saya disini